KRATIFITAS DAN TEORI BELAHAN OTAK
1.A. Perkembangan Kreativitas
Kreativitas tidak hanya sekedar keberuntungan tetapi
merupakan kerja keras yang disadari. Kegagalan bagi orang yang kreatif
hanyalah merupakan variabel pengganggu untuk keberhasilan. Dia akan
mencoba lagi, dan mencoba lagi hingga berhasil. Orang yang kreatif
menggunakan pengetahuan yang kita semua memilikinya dan membuat lompatan yang
memungkinkan, mereka memandang segala sesuatu dengan cara-cara yang baru.
B. Kreativitas dan Teori Belahan Otak
Add caption |
C. Pengertian Kreativitas Secara
Umum
Adapun pengertian kreativitas menurut para ahli antara
lain adalah :
1.
Barron mendefinisikan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru.
2.
Guildford menyatakan bahwa kreativitas mengacu pada kemampuan yang
menandai ciri-ciri seorang kreatif
.
3. Utami Munandar mendefinisikan
kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan
orisinalitas dalam berfikir serta kemampuan untuk mengolaborasi suatu gagasan.
4. Rogers
mendefinisikan kreativitas sebagai proses munculnya hasil-hasil baru ke dalam
suatu tindakan.
5. Drevdahl
mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk memproduksi komposisi dan
gagasan-gagasan baru yang dapat berwujud aktivitas imajinatif atau sintetis
yang mungkin melibatkan pembentukan pola-pola baru dan kombinasi dari pengalaman
masa lalu yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi sekarang.
6. Torrace
mendefinisikan kreativitas sebagai proses kemampuan memahami
kesenjangan-kesenjangan atau hambatan-hambatan dalam hidupnya, merumuskan
hipotesis-hipotesis baru, dan mengomunikasikan hasilnya, serta sedapat mungkin
memodifikasi dan menguji hipotesi-hipotesis yang telah dirumuskan. Dibutuhkan
adanya dorongan dari lingkungan yang didasari oleh potensi kreatif yang telah
ada dalam dirinya.
Selain pendapat dari para ahli, secara umum kreativitas
merupakan ciri khas yang dimiliki oleh individu yang menandai adanya kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang sama sekali baru atau kombinasi dari karya-karya
yang telah ada sebelumnya, menjadi suatu karya baru yang dilakukan melalui
interaksi dengan lingkungannya untuk menghadapi permasalahan, dan mencari
alternatif pemecahannya melalui cara-cara berfikir divergen.
D. Pendekatan terhadap Kreativitas
Menurut Torres dibagi menjadi dua yaitu pendekatan
psikologis yang melihat kreativitas dari segi kekuatan individu seperti
intelegensi, bakat, motivasi, sikap, minat, dan disposisi kepribadian lainnya
sedangkan pendekatan yang kedua adalah pendekatan sosiologis menyatakan bahwa
kretivitas individu merupakan hasil dari proses interaksi sosial dimana
individu dengan segala potensi dan disposisi kepribadiannya dipengaruhi oleh
lingkungan sosial tempat individu itu berada.
Clark (1988) menggunakan pendekatan holistik untuk menjelaskan
konsep kreativitas dengan berdasarkan pada fungsi-fungsi berfikir, merasa,
mengindra, dn intuisi. Terdapat empat fungsi, diantaranya :
a. Thingking,
merupakan berfikir rasional dan dapat diukur serta dikembangkan mealui latihan.
b. Feeling, menunjuk pada
suatu tingkat kesadaran yang melibatkan segi emosional.
c. Sensing, menunjuk
pada suatu keadaan ketika dengan bakat yang ada diciptakan suatu produk baru
yang dapat dilihat atau didengar oleh orang lain.
d. Intuiting, menuntut
adanyabsuatu tingkat kesadaran yang tinggi yang dihasilkan dengan cara
membayangkan, berfantasi, dan melakukan terobosan ke daerah prasadar dan tak
sadar.
Gray (1958, 1961, dan 1966) menemukan bahwa faktor-faktor
ekonomi, sosial, politik, dan peranan keluarga yang kondusif menentukan
dinamika dan irama perkembangan kreativitas. Apabila faktor tersebut berada
dalam posisi yang positif maka perkembangannya pun akan maksimal.
Narool (1971) menunjukkan bahwa ada periode tertentu dalam
setiap perkembangan kebudayaan yang dapat mendorong berkembangnya kreativitas.
Arieti (1976) mengemukakan beberapa faktor sosiologis yang
kondusif bagi perkembangan kreativitas, yaitu : tersedianya sarana-sarana
kebudayaan, keterbukaan terhadap keragaman cara berfikir, adanya keleluasan
bagi berbagai media kebudayaan, adanya toleransi terhadap pandangan-pandangan
yang divergen, dan adanya penghargaan yang memadai terhadap orang-orangbyang
berprestasi.
E. Perkembangan Kreativitas
Perkembangan kreativitas juga dapat ditinjau dari
perkembangan kognitifnya. Menurut Jean Piaget ada empat tahap antara lan
:
1. Tahap Sensori-Motoris
(0-2 tahun)
Anak berada dalam masa pertumbuhan yang ditandai oleh
kecenderungan sensori-motoris yang amat jelas.Belum memiliki kemampuan untuk
mengembangkan kreativitasnya. Kemampuan paling tinggi terjadi pada umur 18-24
bulan.
2. Tahap Praoperasional
(2-7 tahun)
Merupakan tahap intuisi sebab perkembagan kognitifnya
memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasanaa intuitif. Anak
bersifat egosentris sehingga sering mengalami masalah. Kemampuan pengembangan
kreativitas sudah mulai tumbuh karena anak sudah mulai mengembangkan memori dan
telah memiliki kemampuan untuk memikirkan masa lalu dan masa yang akan datang.
3. Tahap Operasional
Konkret (7-11 tahun)
Anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan
berkembang rasa ingin tahunya. Mulai berkembang kegiatan bersosialisasi dengan
orang lain. Kreativitasnya sudah mulai berkembang.
4. Tahap Operasional Formal
(11 tahun keatas)
Anak telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam suatu
kegiatan. Interaksi dengan lingkungan sudah luas dan perkembangan
kreativitasnya berada dalam tahap yang amat potensial.
Gowan (1987) kreatif individu mulai berkembang dengan baik
ketika memasuki tahap operasional formal. Torrance (1977) bahwa remaja
individu sudah mulai mampu berfikir secara abstrak dan sistematis untuk
memecahkan persoalan yang bersifat hipotesis.
F. Tahap-tahap Kreativitas
Wallas (Solso, 1991) ada empat tahapan proses kreatif antara
lain :
1. Persiapan (Preparation)
Individu berusaha mengumpulkan informasi atau data untuk
memecahkan masalah yang dihadapi pada tahaap ini masih amaat diperluakan
kemampuan berfikir divergen,denagn bekal ilmu dan pengalaman.
2. Pada tahap ini individu
seolah-olah melepaskan diri untuk sementara waktu dari masalah yang
dihadapinya.memikirkan permasalah dalam alam prasadar.
3. Iluminasi
Timbul inspirasi atau gagasan-gagasan baru serta
proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi dan
gagasan baru.ini timbul setelah diendapkan dalam waktu yang lama
.
4. Verifikasi
Gagasan yang muncul dievaluasi secara kritis dan
konvergen serta menghadapkannya kepada realita.
G. Karakteristik Kreatifitas
Menurut Clark (1988) karakteristik kreativitas
antara lain memiliki disiplin diri yang tinggi, memiliki kemandirian yang
tinggi, cenderung sering menentang otoritas, memiliki rasa humor, mampu
menentang tekanan kelompok, mampu menyesuaikan diri, senang berpetualang, toleran
terhadap ambiguitas, menyukai hal-hal yang komplek, memiliki kemampuan divergen
yang tinggi,memiliki memori dan atensi yang baik, memiliki wawasan yang luas,
sensitif terhadap lingkungan, memiliki rasa ingin tau yang tinggi, memiliki
rasa estetik yang tinggi, dan lebih bebas dalam mengembangkan integrasi peran.
H. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kreativitas
Ada beberapa faktor yang mendukung berkembangnya potensi
kreatifitas pada remaja ,yaitu remaja sudah mampu melakukan kombinasi tindakan
secara proporsional berdasarkan pemikiran logis,remaja sudah mampu melakukan
kombinasi objek-objek secara proporsional pemikiran logis, remaja sudah
memiliki pemahaman tentang ruang relatif, remaja sudah mampu melakukan
pemisahan dan pengendalian variabel-variabel dalam menghadapi masalah yang
kompleks, remaja sudah mampu melakukan abstraksi reflektif dan berfikir
hipotetis, remaja sudah memiliki diri ideal dan remaja sudah menguasai bahasa.
I. Masalah yang sering timbul pada
Anak Kreatif
Menurut Dedi Supriadi (1994) masalah yang timbul
atau dialami oleh anak-anak kreatif sebagai berikut:
1. Pilihan karier yang
tidak realistis.
2. Hubungan dengan guru dan
teman sebaya.
3. Perkembangan yang tidak
selaras.
4. Tiadanya tokoh-tokoh
ideal.
J. Upaya membantu
Perkembangan Kreativitas dan Implikasinya bagi Pendidikan
Cara membimbing perkembangan anaak-anak kreatif yaitu
sebagai berikut:
a. Menciptakan rasa
aman kepada anak untuk mengekspresikan kreativitasnya.
b. Mengakui dan menghargai
gagasan-gagasan anak.
c. Menjadi pendorong
bagi anak untuk mengomunikasikan dan mewujudkan gagasan-gagasannya.
d. Membantu anak memahami
divergensinya dalam berpikir dan bersikap dan bukan menghukumnya.
e. Memberikan peluang
untuk mengomuniakasikan gagasan-gagasan.
f. Memberikan
informasi mengenai peluang yang tersedia.
2. Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap
Antara
pengetahuan dan tindakan ternyata tidak selalu terjadi korelasi positif yang
tinggi. Proses pertumbuhan dan kelanjutan pengetahuan menuju bentuk sikap dan
tingkah laku adalah proses kejiwaan yang musykil. Seorang individu yang pada
waktu tertentu melakukan perbuatan tercela ternyata melakukannya tidak selalu
karena ia tidak mengetahui bahwa perbuatan itu tercela, atau tidak sesuai
dengan norma-norma masyarakat.
A. Pengertian Nilai, Moral, dan Sikap
1. Pengertian Nilai
Menurut Spranger, nilai diartikan sebagai suatu
tatanan yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih
alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu. Menggolongkan nilai ke
dalam enam jenis, antara lain :
a. Nilai teori atau
nilai keilmuan
Mendasari perbuatan seseorang atau kelompok orang yang
bekerja terutama atas dasar pertimbangan rasional.
b. Nilai Ekonomi
Suatu nilai yang mendasari perbuatan seseorang atau
kelompok orang atas dasar pertimbangan ada tidaknya keuntungan finansial
sebagai akibat dari perbuatannya.
c. Nilai solidaritas
Suatu nilai yang mendasari perbuatan seseorang terhadap orang
lain tanpa menghiraukan akibat yang mungkin timbul terhadap dirinya sendiri,
baik berupa keberuntungan atau ketidakberuntungan.
d. Nilai Agama
Suatu nilai yang mendasari perbuatan seseorang atas dasar
pertimbangan kepercayaan bahwa sesuatu itu dipandang benar menurrut ajaran
agama.
e. Nilai Seni
Suatu nilai yang mendasari perbuatan seseorang atau
kelompok atas dasar pertimbangan rasa keindahan atau rasa seni yang terlepas
dari berbagai pertimbangan material.
f. Nilai Kuasa
Suatu nilai yang mendasari perbuatan seseorang atau
kelompok orang atas dasar pertimbangan baik buruknya untuk kepentingan dirinya
atau kelompoknya.
Menurut Harrocks, nilai merupakan sesuatu yang
memungkinkan individu atau kelompok sosial membuat keputusan mengenai apa yang
dibutuhkan atau sebagai suatu yang ingin dicapai.
Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun.
2. Pengertian Moral
Berasal dari kata latin mores yang
berarti tata cara dalam kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan. Menurut Shaffer
bahwa moral merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang
harus dipatuhi. Menurut Rogers moral merupakan standar baik-buruk
yang ditentukan bagi individu oleh nilai-nilai sosial budaya dimana individu
sebagai anggota sosial.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lawrence E.
Kohlberg berhasil melahirkan beberapa kesimpulan, diantaranya antara lain
adalah :
a. Penilaian dan
perbuatan moral pada intinya bersifat rasional.
b. Terdapat sejumlah tahap
pertimbangan moral yang sesuai dengan pandangan formal harus diuraikan dan yang
biasannya digunakan remaja untuk mempertanggung jawabkan perbuatan moralnya.
c. Membenarkan
gagasan Jean Piaget bahwa pada masa remaja sekitar umur 16 tahun telah mencapai
tahap tertinggi dalam proses pertimbangan moral.
Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan
kelakuan, kewajiban, akhlak, dan sebagainya.
Terdapat tiga tahap perkembangan moral, antara lain :
a. Tahap Pramoral,
anak belum menyadari keterkaitannnya pada aturan.
b. Tahap Konversional,
kesadaran akan ketaan pada kekuasaan.
c. Tahap Otonom,
keterikatan pada aturan yang didasarkan pada resiprositas.
Menurut Lawrence E. Kohlberg (1995) tahap-tahap
perkekembangan moral antara lain :
a. Tingkat
Prakonvensional
Anak tanggap pada aturan-aturan budaya dan
ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik-buruk serta benar salah.
Ada 2 tahap, antara lain :
1. Orientasi hukuman dan kepatuhan.
2. Orientasi
relativitas-instrumental.
b. Tingkat Konvensional
Anak hanya menuruti harapan kelurga, kelompok, atau
masyarakat.
Ada 2 tahap, antara lain :
1. Orientasi kesepakatan
antara pribadi atau disebut orientasi “anak manis”
2. Orientasi hukum dan
ketertiban.
c. Tingkat
Pascakonvensional, Otonom, atau Berlandaskan Prinsip
Usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip
moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas
kelompok atau orng yang berpegang pada prinsip pada prinsip-prinsip itu dan
terlepas pula dari identifikasi dengan kelompok tersebut.
Ada 2 tahap :
1. Orientasi kontrak sosial
legalitas.
2. Orientasi Prinsip dan
etika Universal.
3. Pengertian Sikap
Menurut Fishbein (1975) mendefinisikan sikap
adalah predisposisi yang dipelajari untuk merespons secara konsisten terhadap
suatu objek.
Menurut Chaplin (1981) menyamakan sikap dengan
pendirian. Sikap sebagai predisposisi atau kecenderungan yang relatif stabil dan
berlangsung terus-menerus untuk bertingkah laku atau bereaksi dengan cara
tertenu terhadap orang lain, objek, lembaga, atau persoalan.
Menurut Stephen R. Corey (1989) ada 3 teori
determinisme untuk menjelaskan sikap manusia, yaitu :
a. Determinisme
Genetik, bahwa sikap individu diturunkan oleh keluarga berdasarkan DNA.
b. Determinisme Psikis,
bahwa sikap individu merupakan hasil dari perlakuan, pola asuh, atau pendidikan
orang tua.
c. Determinisme
Lingkungan, bahwa perkembangan sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh
lingkungan tempat individu tersebut tinggal.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan
tetapi berupa kecenderungan tingkah laku, sikap juga dapat diartikan sebagai
kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap objek tersebut.
B. Hubungan Antara Nilai, Moral,
dan Sikap
Nilai merupakan dasar pertimbangan bagi individu untuk
melakukan sesuatu, moral merupakan perilaku yang seharusnya dilakukan atau
dihindari, sedangkan sikap merupakan predisposisi atau kecenderungan individu
untuk merespons terhadap suatu objek atau sekumpulan objek sebagai perwujudan
darin sistem nilai dan moral yang ada. Nilai mengarahkan pembentukan moral
tertentu yang kemudian akan menentukan sikap individu.
Menurut Sigmund Freud melalui teori
Psikoanalisisnya menjelaskan bahwa antara nilai, moral dan sikap saling
berketerkaitan. Nilai dan moral itu menyatu pada struktur kepribadian. Struktur
kepribadian ini antara lain Id atau Das edes, Ego atau Das Ich dan Super ego
atau Das uber ich.
Hubungan antara nilai, moral dan sikap dapat dilihat dari
segi pengamalan nilai-nilai. Nilai-nilai perlu dikenal terlebih dahulu,
kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru akan terbentuk sikap tertentu
terhadap nilai-nilai tersebut dan ada akhirnya terwujud tingkah laku sesuai
dengan nilai-nilai yang dimaksud.
C. Karakteristik Nilai, Moral dan
Sikap
Pada perkembangan niai yang paling menonjol yaitu bahwa
remaja sudah sangat merasakan pentingnya tata nilai dan mengembangkan
nilai-nilai baru yang diperlukan sebagai pedoman, pegangan atau petunjuk.
Selain itu, dalam perkembangan moralnya karakteristik
yang paling menonjol yaitu bahwa tingkat perkembangan kognisi yang mulai
mencapai tahapan berpikir operasional formal. Dicirikan dengan mulai tumbuh
kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada karena
dianggapnya sebagai suatu yang bernilai, meskipun belum bertanggung jawab
secara pribadi.
Dan yang terakhir adalah perkembangan sikap karakteristik
yang paling menonjol yaitu bahwa sikap menentang nilai-nilai dasar hidup orang
tua dan orang dewasa lainnya. Gejala sikap menentang pada remaja hanya bersifat
sementara dan akan berubah serta berkembang ke arah moralitas yang matang dan
mandiri.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap
Lingkungan merupakan faktor yang sangat bepengaruh dalam
perkembangan nilai, moral dan sikap. Faktor lingkungan ini antara lain mencakup
aspek psikologis, sosial, budaya, dan fisik kebendaan yang terdapat pada
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Seseorang yang tumbuh dalam
kondisi psikologis yang sangat baik akan berakibat positif pada individu
tersebut. Antara lain memiliki nilai-nilai luhur, moralitas yang tinggi, dan
sikap perilaku yang terpuji.
Ada pula teori-teori non-psikoanalisis yang beranggapan
bahwa hubungan anak-orang tua bukan satu-satunya sarana pembentuk moral namun
masyarakat juga. Tingkah laku yang terkendali disebabkan oleh adanya kontrol
masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi tersendiri buat
pelanggar-pelanggarnya.
E. Perbedaan Individual dalam
Nilai, Moral dan Sikap
Sistem nilai,moral, dan sikap suatu kelompok atau
individu dipengaruhi oleh faktor lingkungan sehingga sistem nilai, moral,
dan sikap pun berbeda. Ketika suatu kolompok atau individu berpandangan
bahwa sesuatu itu merupakan hal yang baik belum tentu kelompok atau individu
lain sependapat. Oleh sebab itu, merupakan hal yang wajar jika terjadi perbedaan
individual dalam suatu kelompok masyarakat mengenai nilai moral dan sikap
F. Upaya Pengembangan Nilai,
Moral dan Sikap serta Implikasinya bagi Pendidikan
Suatu sistem sosial yang berupaya menumbuhkembangkannya
adalah keluarga. Melalui pendidikan, pengasuhan, pendampingan, perintah,
larangan, hadiah , hukuman, dan interfensi edukatif, para orang tua
menanamkan nilai-niali luhur, moral yang tinggi dan sikap yang baik bagi
anak-anaknya.
Langkah selanjutnya yaitu melalui lingkungan sekolah.
Pada lingkungan ini anak tidak hanya didik dalam segi akademiknya saja, namun
pada tingkah lakunya di sekolah. Kelulusannya pun didasarkan pada tata
kramanya.
Perkembangan moral dapat dilihat pada prosedur diskusi
moralnya, yaitu melalui “induksi konflik-kognitif” antara lain :
a. Prosedur yang
pertama adalah kurikulum pendidikan moral dipusatkan pada suatu rangkaian
dilema moral yang didiskusikan bersama-sama antara siswa dan guru.
b. Prosedur yang kedua
adalah menimbulkan diskusi antara para murid pada dua tahap perkembangan moral
yang berdekatan.
dapat dilakukan pula dalam proses mengembangkan nilai,
moral dan sikap remaja adalah :
a. Menciptakan
Komunikasi.
b. Menciptakan iklim
lingkungan yang serasi.
0 komentar :
Posting Komentar