Berbicara
yang akan dapat meningkatkan kualitas eksistensi (keberadaan) di tengah-tengah
orang lain, bukanlah sekadar berbicara, tetapi berbicara yang menarik
(atraktif), bernilai informasi (informatif), menghibur (rekreatif), dan
berpengaruh (persuasif). Dengan kata lain, manusia mesti berbicara berdasarkan seni berbicara yang
dikenal dengan istilah retorika. Retorika adalah
seni berkomunikasi secara lisan yang dilakukan oleh seseorang kepada sejumlah
orang secara langsung bertatap muka. Oleh karena itu, istilah retorika
seringkali disamakan dengan istilah pidato.
Pada kesempatan ini, kita akan sama-sama membicarakan dan berlatih bagaimana
kita harus mempersiapkan dan melakukan pidato, agar pidato kita itu memiliki
daya tarik, informatif, rekreatif, dan persuasif.
PENGERTIAN PIDATO
Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk
disampaikan kepada orang banyak. Contoh pidato yaitu seperti pidato kenegaraan,
pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara
atau event, dan lain sebagainya.
Pidato yang baik dapat
memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato tersebut.
Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan publik / umum dapat
membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik.
Tujuan Pidato
Pidato umumnya melakukan satu atau beberapa hal berikut ini :
1. Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita
dengan suka rela.
2. Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain.
2. Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain.
3. Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur
sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan.
JENIS-JENIS
PIDATO
Berdasarkan pada ada tidaknya persiapan, sesuai dengan
cara yang dilakukan waktu persiapan, kita dapat membagi jenis pidato kedalam
empat macam, yaitu: impromtu,
manuskrip, memoriter, dan ekstempore.
Pidato
impromtu adalah pidato yang dilakukan secara tiba-tiba, spontan,
tanpa persiapan sebelumnya. Apabila Anda menghadiri sebuah acara pertemuan,
tiba-tiba Anda dipanggil untuk menampaikan pidato, maka pidato yang Anda
lakukan disebut impromtu.
Bagi juru
pidato yang berpengalaman, impromtu memiliki beberapa keuntungan: (1) Impromtu
lebih dapat mengungkapkan perasaan pembicara yang sebenarnya, karena pembicara
tidak memikirkan lebih dulu pendapat yang disampaikannya, (2) Gagasan dan
pendapatnya dating secara spontan, sehingga tampak segar dan hidup, dan (3)
Impromtu memungkinkan Anda terus berpikir. Tetapi bagi juru
pidato yang masih “hijau”, belum berpengalaman, keuntungan-keuntungan di atas
tidak akan tampak, bahkan dapat mendatangkan kerugian sebagai berikut: (1)
Impromtu dapat menimbulkan kesimpulan yang mentah, karena dasar pengetahuan
yang tidak memadai, (2) Impromtu mengakibatkan penyampaian yang
tersendat-sendat dan tidak lancar, (3) gagasan yang disampaikan bisa
“acak-acakan” dan ngawur, dan (4) Karena tiadanya persiapan, kemungkinan “demam
panggung” besar sekali. Jadi, bagi yang belum berpengalaman, impromtu sebaiknya
dihindari daripada Anda tampak “bodoh” di hadapan orang lain.
Pidato
Manuskrip adalah pidato dengan naskah. Juru pidato membacakan
naskah pidato dari awal sampai akhir. Di sini lebih tepat jika kita
menyebutnya”membacakan pidato” dan bukan “menyampaikan pidato”. Pidato
manuskrip perlu dilakukan jika isi yang disampaikan tidak boleh ada kesalahan.
Misalnya, ketika Anda diminta untuk melaporkan keadaan keuangan DKM, berapa
pemasukan, dari mana saja sumbernya, dan berapa pengeluaran serta untuk apa
uang dikeluarkan, Anda perlu menuliskannya dalam bentuk naskah dan baru
kemudian membacakannya.
Pidato
manuskrip tentu saja bukan jenis pidato yang baik walaupun memiliki
keuntungan-keuntungan sebagai berikut: (1) Kata-kata dapat dipilih
sebaik-baiknya sehingga dapat menyampaikan arti yang tepat dan pernyataan yang
gamblang, (2) Pernyataan dapat dihemat, karena manuskrip dapat disusun kembali,
(3) Kefasihan bicara dapat dicapai karena kata-kata sudah disiapkan, (4)
Hal-hal yang ngawur atau menyimpang dapat dihindari, dan (5) Manuskrip dapat
diterbitkan atau diperbanyak.
Namun demikian, ditinjau dari proses komunikasi, pidato
manuskrip kerugiannya cukup berat: (1) Komunikasi pendengar akan akan berkurang
karena pembicara tidak berbicara langsung kepada mereka, (2) Pembicara tidak
dapat melihat pendengar dengan baik karena ia lebih berkonsentrasi pada teks
pidato, sehingga akan kehilangan gerak dan bersifat kaku, (3) Umpan balik dari
pendengar tidak dapat mengubah, memperpendek atau memperpanjang pesan, dan (4)
Pembuatannya lebih lama.
Pidato
Memoriter adalah pidato yang ditulis dalam bentuk naskah kemudian
dihapalkan kata demi kata, seperti seorang siswa madrasah menyampaikan nasihat
pada acara imtihan. Pada pidato jenis ini, yang penting Anda memiliki kemampuan
menghapalkan teks pidato dan mengingat kata-kata yang ada di dalamnya dengan
baik. Keuntungannya (jika hapal), pidato Anda akan lancar, tetapi kerugiannya
Anda akan berpidato secara datar dan monoton, sehingga tidak akan mampu menarik
perhatian hadirin.
Pidato
Ekstempore adalah pidato yang paling baik dan paling sering
digunakan oleh juru pidato yang berpengalaman dan mahir. Dalam menyampaikan
pidato jenis ini, juru pidato hanya menyiapkan garis-garis besar (out-line) dan pokok-pokok
bahasan penunjang (supporting
points) saja. Tetapi, pembicara tidak berusaha mengingat atau
menghapalkannya kata demi kata. Out-line
hanya merupakan pedoman untuk mengatur gagasan yang ada dalam pikiran kita.
Keuntungan pidato ekstempore ialah komunikasi pendengar dan pembicara lebih
baik karena pembicara berbicara langsung kepada pendengar atau khalayaknya,
pesan dapat fleksibel untuk diubah sesuai dengan kebutuhan dan penyajiannya
lebih spontan. Pidato jenis ini memerlukan latihan yang intensif bagi
pelakunya.
Jenis-jenis pidato juga dapat diidentifikasi
berdasarkan tujuan pokok pidato yang disampaikan.
Berdasarkan tujuannya, kita mengenal jenis-jenis pidato: pidato informatif, pidato persuasif, dan pidato rekreatif. Pidato informatif
adalah pidato yang tujuan utamanya untuk menyampaikan informasi agar orang
menjadi tahu tentang sesuatu. Pidato
pesuasif adalah pidato yang tujuan utamanya membujuk atau
mempengaruhi orang lain agar mau menerima ajakan kita secara sukarela bukan
sukar rela. Pidato
rekreatif adalah pidato yang tujuan utamanya adalah
menyenangkan atau menghibur orang lain. Namun demikian, perlu disadari bahwa
dalam kenyataannya ketiga jenis pidato ini tidak dapat berdiri sendiri,
melainkan saling melengkapi satu sama lain. Perbedaan di antara ketiganya
semata-mata hanya terletak pada titik berat (emphasis)
tujuan pokok pidato.
Berdasarkan pada sifat dari isi pidato, pidato dapat
dibedakan menjadi :
1. Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat yang
dibawakan oleh pembaca acara atau mc.
2. Pidato pengarahan adalah pdato untuk
mengarahkan pada suatu pertemuan.
3. Pidato Sambutan,
yaitu merupakan pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau
peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang
terbatas secara bergantian.
4. Pidato Peresmian,
adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan
sesuatu.
5. Pidato Laporan, yakni
pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan.
6. Pidato
Pertanggungjawaban, adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban.
TAHAP
PERSIAPAN PIDATO
Sebelum berpidato, berdakwah, atau berceramah, kita harus
mengetahui lebih dulu apa yang akan kita sampaikan dan tingkah laku apa yang
diharapkan dari khalayak kita; bagaimana kita akan mengembangkan topik bahasan.
Dengan demikian, dalam tahap persiapan pidato, ada dua hal yang harus kita
lakukan, yaitu: (1) Memilih Topik dan Tujuan Pidato dan (2) Mengembangkan Topik
Bahasan.
1. Memilih
Topik dan Tujuan Pidato
Seringkali kita menjadi bingung ketika harus mencari
topik yang baik, seakan-akan dunia ini kekeringan bahan pembicaraan,
seakan-akan kita tidak memiliki keahlian apa-apa. Jangan bingung, karena
sebenarnya setiap orang memiliki keahlian masing-masing, hanya kita seringkali
tidak menyadarinya. Mang Endang mungkin tidak dapat berbicara tentang hukum
waris dengan baik, tetapi Mang Endang dapat dengan lancar berbicara tentang
cara memperbaiki mobil yang rusak. Pak Haji Holis mungkin akan sangat lancar
berbicara tentang hukum waris, tetapi hampir pasti beliau akan gagap jika
diminta menjelaskan bagaimana caranya memperbaiki mobil yang mogok. Inilah yang
disebut keahlian spesifik. Setiap orang punya potensi untuk ahli di bidangnya
masing-masing. Hal yang akan menjadi masalah bagi seseorang ketika harus
berpidato adalah jika orang itu memaksakan diri berbicara tentang persoalan
yang tidak dikuasainya, hal yang tidak dipahaminya (Numawi kitu, ulah maksakeun anjeun nyarios anu urang
nyalira henteu ngartos kana naon anu dicarioskeun!).
Untuk
membantu Anda menemukan topik bahasan dalam pidato, Profesor Wayne N. Thompson
menyusun sitematika sumber topik sebagai berikut:
o
Pengalaman Pribadi:
o
Perjalanan
o
Tempat yang pernah dikunjungi
o
Wawancara dengan tokoh
o
Kejadian luar biasa
o
Peristiwa lucu
o
Kelakukan atau adat yang aneh
o
Hobby dan Keterampilan: Cara melakukan
sesuatu, Cara
bekerja sesuatu
o
Peraturan dan tata cara
o
Pengalaman Pekerjaan dan Profesi
o
Pekerjaan tambahan
o
Profesi Keluarga
o Masalah
Abadi
o
Agama
o
Pendidikan
o
Masalah kemasyarakatan
o
Persoalan pribadi
o
Kejadian Khusus: Perayaan atau peringatan khusus (Misalnya, Maulud Nabi)
o
Peristiwa yang erat kaitannya dengan peringatan
o
Minat Khalayak: Pekerjaan,
Rumah tangga, Kesehatan
dan penampilan
o
Tambahan ilmu
Kriteria
Topik yang Baik
Untuk
menentukan topik yang baik, kita dapat menggunakan ukuran-ukuran sebagai
berikut:
Topik
harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan Anda
Topik yang paling
baik adalah topik yang memberikan kemungkinan Anda lebih tahu daripada
khalayak, Anda lebih ahli dibandingkan dengan kebanyakan pendengar. Jika Anda
merupakan orang yang paling tahu tentang tata cara sholat yang baik
dibandingkan dengan orang lain, maka berpidatolah dengan tema atau topik itu;
sebaliknya jika Anda tidak begitu paham tentang tata cara sholat yang baik,
jangan pernah Anda memaksakan diri untuk berbicara tentang masalah itu.
Topik
harus menarik minat Anda
Topik yang enak
dibicarakan tentu saja adalah topik yang paling Anda senangi atau topik yang
paling menyentuh emosi Anda. Anda akan dapat berbicara lancar tentang kaitan
berpuasa dengan ketentraman hati, sebab Anda pernah merasa tidak tenang ketika
pernah tidak berpuasa secara sengaja di bulan ramadhan.
Topik
harus menarik minat pendengar
Dalam berdakwah
atau berpidato, kita berbicara untuk orang lain, bukan untuk diri kita sendiri.
Jika tidak ingin ditinggalkan pendengar atau diacuhkan oleh hadirin, Anda harus
berbicara tentang sesuatu yang diminati mereka. Walaupun hal-hal yang menarik
perhatian itu sangat tergantung pada situasi dan latar belakang
khalayak/hadirin, namun hal-hal yang bersifat baru dan indah, hal-hal yang
menyentuh rasa kemanusiaan, petualangan, konflik, ketegangan, ketidakpastian,
hal yang berkaitan dengan keluarga, humor, rahasia, atau hal-hal yang memiliki
manfaat nyata bagi hadirin adalah topik-topik yang akan menarik perhatian.
Topik
harus sesuai dengan pengetahuan pendengar
Betapapun baiknya
topik, jika tidak dapat dicerna oleh khalayak, topik itu bukan saja tidak
menarik tetapi bahkan akan membingungkan mereka. Oleh karena itu, sebelum Anda
menentukan topik dakwah, ketahuilah terlebih dahulu bagaimana rata-rata tingkat
pengetahuan pendengar yang menjadi khalayak sasaran pidato Anda. Gunakanlah
bahasa, gaya bahasa, dan istilah-istilah yang dimengerti oleh hadirin, bukan
istilah-istilah yang hanya dipahami oleh Anda (meskipun istilah itu keren sekali).
Topik
harus jelas ruang lingkup dan pembatasannya
Topik yang baik
tidak boleh terlalu luas, sehingga setiap bagian hanya memperoleh ulasan
sekilas saja, atau “ngawur”. Misalnya, Anda memilih topik Agama, tetapi kita
tahu agama itu luas sekali. Agama bisa menyangkut moralitas, sistem
kepercayaan, cara beribadat, dan lain-lain. Agar topik kita jelas, ambilah
misalnya tentang cara beribadat, lebih jelas lagi ambilah topik tentang sholat yang khusu’, dan
seterusnya.
Topik
harus sesuai dengan waktu dan situasi
Maksudnya, kita
harus memilih topik pidato atau topik dakwah yang sesuai dengan waktu yang
tersedia dan situasi yang terjadi. Jika Anda diberikan waktu untuk berbicara
selama 10 menit, janganlah Anda memilih topik yang terlalu luas yang tidak
mungkin dijelaskan dalam waktu 10 menit. Jika Anda harus berbicara di hadapan
para santri yang rata-rata usianya belum akil
baligh, janganlah Anda memilih topik dakwah tentang tata cara
hubungan suami-istri, bicaralah tentang kebersihan sekolah, misalnya.
Topik
harus dapat ditunjang dengan bahan yang lain
Jika Anda memilih
topik tentang Hadits Shahih
dan Dhoif,
lengkapi bahan pembicaraan Anda dengan sumber-sumber rujukan (bisa berupa:
kitab, buku, atau perkataan ulama) yang sesuai.
Merumuskan
Judul Pidato
Hal yang erat kaitannya dengan topik adalah judul. Bila
topik adalah pokok bahasan yang akan diulas, maka judul adalah nama yang
diberikan untuk pokok bahasan itu. Seringkali judul telah dikemukakan lebih
dahulu kepada khalayak, karena itu judul perlu dirumuskan terlebih dahulu.
Judul yang baik harus memenuhi tiga syarat, yaitu: relevan, propokatif, dan singkat. Relevan artinya ada
hubungannya dengan pokok-pokok bahasan; Propokatif
artinya dapat menimbulkan hasrat ingin tahu dan antusiasme
pendengar; Singkat
berarti mudah ditangkap maksudnya, pendek kalimatnya, dan mudah diingat.
Menentukan
Tujuan Pidato
Ada dua macam tujuan pidato, yakni: tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum pidato biasanya dirumuskan dalam tiga hal: memberitahukan
(informatif), mempengaruhi
(persuasif), dan menghibur
(rekreatif). Tujuan khusus ialah tujuan yang dapat dijabarkan
dari tujuan umum. Tujuan khusus bersifat kongkret dan sebaiknya dapat diukur
tingkat pencapaiannya atau dapat dibuktikan segera.
Hubungan
antara topik judul, tujuan umum, dan tujuan khusus dapat dilihat pada
contoh-contoh di bawah ini:
Topik :
Faedah memiliki sifat pemaaf
Judul :
Pemaaf Sumber Kebahagiaan
Tujuan
Umum : Informatif (memberi tahu)
Tujuan
Khusus: Pendengar mengetahui bahwa:
Sifat dendam menimbulkan gangguan jasmani dan rohani
Sifat pemaaf menimbulkan ketentraman jiwa dan kesehatan
2.
Teknik Mengembangkan Pokok Bahasan
Bila topik yang baik sudah ditemukan, kita memerlukan
keterangan untuk menunjang topik tersebut. Keterangan penunjang (supporting
points) dipergunakan untuk memperjelas uraian, memperkuat kesan, menambah daya
tarik, dan mempermudah pengertian.
Ada enam
macam teknik pengembangan bahasan dalam berpidato:
Penjelasan.
Penjelasan adalah memberikan keterangan terhadap istilah atau kata-kata yang
disampaikan. Memberikan penjelasan dapat dilakukan dengan cara memberikan
pengertian atau definisi. Misalnya, istilah Iman kepada Allah Anda jelaskan dengan
kalimat: “Iman adalah rasa
percaya dan yakin akan kebenaran adanya Allah di dalam hati dan dibuktikan
dengan perbuatan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.”
Contoh. Contoh
adalah upaya untuk mengkongkretkan gagasan, sehingga lebih mudah untuk
dipahami. Contoh dalam pidato dapat berupa cerita yang rinci yang disebut ilustrasi. Untuk
memberikan contoh tetantang kesabaran, misalnya Anda menggunakan cerita tentang
kesabaran Nabi Ayub dalam menghadapi cobaan Allah melalui penyakit kulit yang
dideritanya.
Analogi. Analogi
adalah perbandingan antara dua hal atau lebih untuk menunjukkan persamaan atau
perbedaannya. Ada dua macam analogi: analogi
harfiyah dan analogi
kiasan.
Analogi harfiyah (literal
analogy) adalah perbandingan di antara objek-objek dari kelompok
yang sama, karena adanya persamaan dalam beberapa aspek tertentu. Misalnya,
membandingkan manusia dengan monyet secara biologis. Analogi kiasan adalah
perbandingan di antara objek-objek di antara kelompok yang tidak sama.
Testimoni.
Testimoni ialah pernyataan ahli yang kita kutip untuk menunjang pembicaraan
kita. Pendapat ahli itu dapat kita ambil dari pidato seorang ahli, tulisan di
surat kabar, acara televisi, dan lain-lain, termasuk kutipan dari kitab suci,
hadits, dan sejenisnya.
Statistik.
Statistik adalah angka-angka yang dipergunakan untuk menunjukkan perbandingan
kasus dalam jenis tertentu. Statistik diambil untuk menimbulkan kesan yang
kuat, memperjelas, dan meyakinkan. Misalnya, untuk melukiskan betapa bokbroknya
akhlak generasi muda di Indonesia, Anda menggunakan kalimat, “Wahai saudara-saudara, menurut hasil
penelitian, saat ini lebih dari 65 persen remaja di Indonesia telah melakukan
hubungan seks sebelum nikah…”
Perulangan.
Perulangan adalah menyebutkan kembali gagasan yang sama dengan kata-kata yang
berbeda. Perulangan berfungsi untuk menegaskan dan mengingatkan kembali.
Teknik
Menyusun Pesan Pidato
H.A. Overstreet, seorang ahli ilmu jiwa untuk
mempengaruhi manusia, berkata, “let
your speech march”. Suruh pidato Anda berbaris tertib seperti
barisan tentara dalam suatu pawai. Pidato yang tersusun tertib (well-organized) akan
menciptakan suasana yang favorable,
membangkitkan minat, memperlihatkan pembagian pesan yang jelas, sehingga
memudahkan pengertian, mempertegas gagasan pokok, dan menunjukkan perkembangan
pokok-pokok pikiran secara logis. Pengorganisasian pesan dapat dilihat menurut
isi pesan itu sendiri atau dengan mengikuti proses berpikir manusia. Yang
pertama kita sebut organisasi pesan (messages
organization) dan yang kedua disebut pengaturan pesan (message arrangement).
Organisasi
Pesan
Organisasi pesan dapat mengikuti enam macam urutan (sequence), yaitu:
deduktif, induktif,
kronologis,
logis, spasial, dan topikal. Urutan deduktif dimulai
dengan menyatakan dulu gagasan utama, kemudian memperjelasnya dengan keterangan
penunjang, penyimpulan, dan bukti. Sebaliknya, dalam urutan induktif kita
mengemukakan perincian-perincian dan kemudian menarik kesimpulan. Jika Anda
menyatakan dulu mengapa perlu menghentikan kebiasaan merokok, lalau menguraikan
alasan-alasannya, Anda menggunakan urutan deduktif. Tetapi bila Anda
menceritakan sekian banyak contoh dan pernyataan dokter tentang akibat buruk
merokok dan kemudian Anda menyimpulkan bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan,
maka Anda menggunakan urutan induktif.
Dalam urutan kronologis, pesan
disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa.
Dalam urutan logis, pesan
disusun berdasarkan sebab ke akibat atau dari akibat ke sebab. Bila Anda
menjelaskan proses kekufuran dari sebab-sebabnya lalu ke gejala-gekalnya, maka
Anda mengikuti urutan logis dari sebab ke akibat..
Dalam urutan spasial, pesan
disusun berdasarkan tempat. Cara ini dipergunakan jika pesan berhubungan dengan
subjek geografis atau keadaan fisik lokasi..
Dalam urutan topikal, pesan
disusun berdasarkan topik pembicaraan: klasifikasinya, dari yang penting ke
yang kurang penting, dari yang mudah ke yang sukar, dari yang dikenal ke yang
asing.
Pengaturan
Pesan
Bila pesan sudah terorganisasi dengan baik, kita masih
perlu menyesuaikan organisasi pesan ini dengan cara berpikir khalayak
pendengar. Urutan pesan yang sejalan dengan proses berpikir manusia disebut
oleh Alan H. Monroe sebagai motivated
sequence (urutan bermotif). Menurut Monroe, ada lima tahap
urutan bermotif: perhatian
(attention), kebutuhan (needs), pemuasan (satisfaction), visualisasi (visualization), dan tindakan (action).
Dengan
demikian, pidato yang baik dan efektif adalah pidato yang sejak awal mampu
membangkitkan perhatian khalayak pendengar, mampu membuat pendengar merasakan
adanya kebutuhan tertentu, memberikan petunjuk bagaimana cara memuaskan
kebutuhan tersebut, dapat menggambarkan dalam pikirannya penerapan usul yang
dianjurkan kepadanya, dan akhirnya mampu menggerakkan khalayak untuk bertindak
sesuai anjuran kita.
Misalnya,
kita akan mengajak seseorang untuk memotong rambutnya yang gondrong. Anda
memuali pembicaraan dengan melontarkan perkataan: “Lihat rambutmu!!! Kutu-kutu bergelantungan dengan
bebasnya…” Anda sedang memasuki tahap perhatian. Lalu Anda berkata
lagi, “Kutu-kutu itu tentu
membuat kepalamu gatal dan kamu pasti tidak bisa tidur nyenyak…”
Anda tengah berada pada tahap membangkitkan kebutuhan. “Memotong rambut itu mudah dan murah,
cukup dengan uang Rp 3.000 atau bahkan gratis…” Anda masuk pada
tahap pemuasan. “Jika kamu
tetap membiarkan rambutmu jabrig begitu dan membebaskan kutu-kutu menyedot
darahmu, kamu tampak seperti orang kurang waras dan mustahil gadis-gadis di
desa ini akan tertarik kepadamu…, tapi jika kamu cepat memotong dan merapihkan
rambutmu, kutu-kutu itu akan segera mengucapkan selamat tinggal pada kepalamu
dan gadis-gadis cantik akan mengucapkan selamat datang arjunaku…”
Anda sudah masuk pada tahap visualisai. “Ayo,
cukurlah rambutmu sekarang…!!!” Anda melakukan tahap tindakan.
Membuat
Garis-garis Besar Pidato
Garis-garia besar (out-line) pidato merupakan pelengkap
yang amat berharga bagi pembicara yang berpengalaman dan merupakan keharusan
bagi pembicara yang belum berpengalaman. Garis besar pidato ibarat peta bumi
bagi komunikator yang akan memasuki daerah kegiatan retorika. Peta ini
memberikan petunjuk dan arah yang akan dituju. Garis besar yang salah akan
mengacaukan “perjalanan” pembicaraan, dan garis besar yang teratur akan
menertibkan “jalannya” pidato.
Garis-garis besar pidato yang baik terdiri dari tiga
bagian: pengantar,
isi, dan
penutup.
Dengan menggunakan urutan bermotif dari Alan H. Monroe, kita dapat membaginya
menjadi lima bagian: perhatian, kebutuhan, pemuasan, visualisasi, dan tindakan.
Perhatian ditempatkan pada pengantar; kebutuhan, pemuasan, dan visualisasi kita
tempatkan pada isi; dan tindakan kita tempatkan pada penutup pidato
contoh pidato sederhana
Yang terhormat Bapak Kepala Sekolah, Bapak
dan Ibu Guru, serta teman-teman yang saya cintai.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji
syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat-Nya pada hari
ini kita dapat berkumpul bersama guna mengadakan acara perpisahan sekolah.
Para hadirin yang saya hormati, ijinkan saya
mewakili teman-teman untuk menyampaikan sepatah dua patah kata dalam rangka
perpisahan ini.
Selama bersekolah, kami sebagai siswa sangat
bangga dan berterima kasih dengan semua guru yang telah mengajar di sekolah
ini, yang dengan sangat baik, tidak pernah pilih kasih dalam mendidik, sangat
sabar dan tidak kenal lelah dalam membimbing kami. Berkat jerih payah semua
guru, kami pun dapat lulus dari SMP ini.
Mudah-mudahan semua guru yang bertugas
mengajar di sekolah ini dapat diberikan kesehatan yang baik dan diberi
kebahagiaan selalu.
Juga untuk teman2 semua. Sungguh berat rasanya
berpisah dengan kalian semua, karena kita sudah bersama2 selama 3 tahun ini.
Tapi tetap saya juga mendoakan teman2 semua dapat melanjutkan ke pendidikan
yang lebih tinggi, baik ke SMA, ke SMK, ke STM maupun institusi pendidikan
lainnya untuk dapat mencapai cita2 yang selama ini diangan2kan.
Akhir kata, saya mau mengucapkan sukses
selalu buat teman2, doa saya menyertai teman2 semua...
0 komentar :
Posting Komentar